Penulis Tuhfatul Ahwadzi
(Abul ‘Alaa Al Mubarokfuri)
telah menyebutkan satu per
satu hadits yang
membicarakan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban.
Awalnya beliau berkata,
“Ketahuilah bahwa telah
terdapat beberapa hadits mengenai keutamaan
malam Nishfu Sya’ban, keseluruhannya
menunjukkan bahwa hadits tersebut tidak ada ashl-
nya (landasannya).” Lalu beliau merinci satu per satu
hadits yang dimaksud.
Pertama: Hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻴﻄﻠﻊ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻻ
ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di
malam Nishfu Sya'ban kemudian mengampuni
semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau
orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR.
Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul Ahwadzi
berkata, “Hadits ini munqothi’ (terputus sanadnya)
.” [Berarti hadits tersebut dho’if].
Kedua: Hadits ‘Aisyah, ia berkata,
ﻗﺎﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺼﻠﻰ ﻓﺄﻃﺎﻝ
ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻗﺒﺾ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺫﻟﻚ ﻗﻤﺖ ﺣﺘﻰ
ﺣﺮﻛﺖ ﺇﺑﻬﺎﻣﻪ ﻓﺘﺤﺮﻙ ﻓﺮﺟﻊ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻭﻓﺮﻍ
ﻣﻦ ﺻﻠﺎﺗﻪ ﻗﺎﻝ " : ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻭ ﻳﺎ ﺣﻤﻴﺮﺍﺀ ﺃﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﺧﺎﺱ ﺑﻚ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﻟﺎ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭﻟﻜﻨﻲ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﻗﺒﻀﺖ ﻃﻮﻝ ﺳﺠﻮﺩﻙ ، ﻗﺎﻝ " ﺃﺗﺪﺭﻱ ﺃﻱ ﻟﻴﻠﺔ
ﻫﺬﻩ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ ، ﻗﺎﻝ " : ﻫﺬﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻳﻄﻠﻊ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺴﺘﻐﻔﺮﻳﻦ ﻭﻳﺮﺣﻢ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺣﻤﻴﻦ ﻭﻳﺆﺧﺮ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﺤﻘﺪ ﻛﻤﺎ ﻫﻢ
“Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan shalat malam, beliau shalat dan
memperlama sujud sampai aku menyangka bahwa
beliau telah tiada. Tatkala aku memperhatikan hal
itu, aku bangkit sampai aku pun menggerakkan ibu
jarinya. Beliau pun bergerak dan kembali. Ketika
beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan
merampungkan shalatnya, beliau mengatakan,
“Wahai ‘Aisyah (atau Wahai Humairo’), apakah kau
sangka bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkhianatimu?” Aku menjawab, “Tidak,
demi Allah. Wahai Rasulullah, akan tetapi aku sangka
engkau telah tiada karena sujudmu yang begitu
lama.” Beliau berkata kembali, “Apakah engkau tahu
malam apakah ini?” Aku menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Malam
ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla turun pada hamba-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, lantas Dia akan memberi
ampunan ampunan pada orang yang meminta
ampunan dan akan merahmati orang yang memohon
rahmat, Dia akan menjauh dari orang yang
pendendam.”
Dikeluarkan oleh Al Baihaqi. Ia katakan
bahwa riwayat ini mursal jayyid. Kemungkinan pula
bahwa Al ‘Alaa’ mengambilnya dari Makhul. [Hadits
mursal adalah hadits yang dho’if karena terputus
sanadnya]
Ketiga: Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ
ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻟﺎ ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh
makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan.”Al Mundziri dalam At Targhib setelah
menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan,
“Dikeluarkan oleh At Thobroni dalam Al Awsath dan
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al
Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadits
dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al
Asy’ari. Al Bazzar dan Al Baihaqi mengeluarkan yang
semisal dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.” Demikian
perkataan Al Mundziri. Penulis Tuhfatul Ahwadzi
lantas mengatakan, “Pada sanad hadits Abu Musa Al
Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat
Lahi’ah dan dia dinilai dho’if.” [Hadits ini adalah
hadits yang dho’if]
Keempat: Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ
ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺇﻟﺎ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻣﺸﺎﺣﻦ ﻭﻗﺎﺗﻞ ﻧﻔﺲ
“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, Dia mengampuni hamba-
hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang
bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.” Al
Mundziri mengatakan, “Hadits ini dikeluarkan oleh
Imam Ahmad dengan sanad yang layyin (ada perowi
yang diberi penilaian negatif/ dijarh, namun
haditsnya masih dicatat).” [Berarti hadits ini
bermasalah].
Kelima: Hadits Makhul dari Katsir bin Murroh, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda di
malam Nishfu Sya’ban,
ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻟﺄﻫﻞ ﺍﻟﺄﺭﺽ ﺇﻟﺎ ﻣﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah ‘azza wa jalla mengampuni penduduk bumi
kecuali musyrik dan orang yang bermusuhan”. Al
Mundziri berkata, “Hadits ini dikeluarkan oleh Al
Baihaqi, hadits ini mursal jayyid.” [Berarti dho’if
karena haditsnya mursal, ada sanad yang terputus].
Al Mundziri juga berkata, “Dikeluarkan pula oleh Ath
Thobroni dan juga Al Baihaqi dari Makhul, dari Abu
Tsa’labah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ
ﻭﻳﻤﻬﻞ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻭﻳﺪﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻘﺪ ﺑﺤﻘﺪﻫﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺪﻋﻮﻩ
“Allah mendatangi para hamba-Nya pada malam
Nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni orang yang
beriman dan menangguhkan orang-orang kafir, Dia
meninggalkan orang yang pendendam.” Al Baihaqi
mengatakan, “Hadits ini juga antara Makhul dan Abu
Tsa’labah adalah mursal jayyid”. [Berarti hadits ini
pun dho’if].
Keenam: Hadits ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻴﻠﻬﺎ ﻭﺻﻮﻣﻮﺍ ﻧﻬﺎﺭﻫﺎ
ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻨﺰﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻐﺮﻭﺏ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﻟﺎ
ﻣﻦ ﻣﺴﺘﻐﻔﺮ ﻓﺄﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺴﺘﺮﺯﻕ ﻓﺄﺭﺯﻗﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺒﺘﻠﻰ ﻓﺄﻋﺎﻓﻴﻪ ﺃﻟﺎ
ﻛﺬﺍ ﺃﻟﺎ ﻛﺬﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻔﺠﺮ
“Apabila malam nisfu Sya'ban, maka shalatlah di
malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.
Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat
itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia
berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?
Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan
memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat
cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah
yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit
fajar.” Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan
dalam sanadnya terdapat Abu Bakr bin ‘Abdillah bin
Muhammad bin Abi Saburoh Al Qurosyi Al ‘Aamiri Al
Madani. Ada yang menyebut namanya adalah
‘Abdullah, ada yang mengatakan pula Muhammad.
Disandarkan pada kakeknya bahwa ia dituduh
memalsukan hadits, sebagaimana disebutkan dalam
At Taqrib. Adz Dzahabi dalam Al Mizan mengatakan,
“Imam Al Bukhari dan ulama lainnya
mendho’ifkannya”. Anak Imam Ahmad, ‘Abdullah
dan Sholih, mengatakan dari ayahnya, yaitu Imam
Ahmad berkata, “Dia adalah orang yang memalsukan
hadits.” An Nasai mengatakan, “Ia adalah perowi
yang matruk (dituduh dusta)”. [Berarti hadits ini di
antara maudhu’ dan dho’if]
Penulis Tuhfatul Ahwadzi setelah meninjau riwayat-
riwayat di atas, beliau mengatakan, “Hadits-hadits
ini dilihat dari banyak jalannya bisa sebagai hujjah
bagi orang yang mengklaim bahwa tidak ada satu
pun hadits shahih yang menerangkan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban. Wallahu Ta’ala a’lam.”
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang
menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban ada
beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai
statusnya. Kebanyakan ulama mendhoifkan hadits-
hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan
sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan
dalam kitab shahihnya.” (Lathoif Al Ma’arif, 245)
Tanggapan penulis, “Ibnu Hibban adalah di antara
ulama yang dikenal mutasahil, yaitu orang yang
bergampang-gampangan dalam menshahihkan
hadits. Sehingga penshahihan dari sisi Ibnu Hibban
perlu dicek kembali.”
Mengenai menghidupkan malam Nishfu Sya’ban
dengan shalat malam, Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam
Nishfu Sya’ban, maka tidak ada satu pun dalil dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para
sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari
sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan
shalat.” (Lathoif Al Ma’arif, 248)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, ulama yang
pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah
(komisi fatwa di Saudi Arabia). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan
malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang
lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun
hadits yang menerangkan mengenai keutamaan
shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah
berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana
hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (Majmu’
Fatawa Ibnu Baz, 1/188). Begitu juga di halaman
yang sama, Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits
dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah,
jika memang terdapat penguat atau pendukung dari
hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang
menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak ada satu
dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk
hadits yang lemah tadi.”
Minggu, 23 Juni 2013
Penulis Tuhfatul Ahwadzi
(Abul ‘Alaa Al Mubarokfuri)
telah menyebutkan satu per
satu hadits yang
membicarakan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban.
Awalnya beliau berkata,
“Ketahuilah bahwa telah
terdapat beberapa hadits mengenai keutamaan
malam Nishfu Sya’ban, keseluruhannya
menunjukkan bahwa hadits tersebut tidak ada ashl-
nya (landasannya).” Lalu beliau merinci satu per satu
hadits yang dimaksud.
Pertama: Hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻴﻄﻠﻊ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻻ
ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di
malam Nishfu Sya'ban kemudian mengampuni
semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau
orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR.
Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul Ahwadzi
berkata, “Hadits ini munqothi’ (terputus sanadnya)
.” [Berarti hadits tersebut dho’if].
Kedua: Hadits ‘Aisyah, ia berkata,
ﻗﺎﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺼﻠﻰ ﻓﺄﻃﺎﻝ
ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻗﺒﺾ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺫﻟﻚ ﻗﻤﺖ ﺣﺘﻰ
ﺣﺮﻛﺖ ﺇﺑﻬﺎﻣﻪ ﻓﺘﺤﺮﻙ ﻓﺮﺟﻊ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻭﻓﺮﻍ
ﻣﻦ ﺻﻠﺎﺗﻪ ﻗﺎﻝ " : ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻭ ﻳﺎ ﺣﻤﻴﺮﺍﺀ ﺃﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﺧﺎﺱ ﺑﻚ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﻟﺎ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭﻟﻜﻨﻲ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﻗﺒﻀﺖ ﻃﻮﻝ ﺳﺠﻮﺩﻙ ، ﻗﺎﻝ " ﺃﺗﺪﺭﻱ ﺃﻱ ﻟﻴﻠﺔ
ﻫﺬﻩ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ ، ﻗﺎﻝ " : ﻫﺬﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻳﻄﻠﻊ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺴﺘﻐﻔﺮﻳﻦ ﻭﻳﺮﺣﻢ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺣﻤﻴﻦ ﻭﻳﺆﺧﺮ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﺤﻘﺪ ﻛﻤﺎ ﻫﻢ
“Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan shalat malam, beliau shalat dan
memperlama sujud sampai aku menyangka bahwa
beliau telah tiada. Tatkala aku memperhatikan hal
itu, aku bangkit sampai aku pun menggerakkan ibu
jarinya. Beliau pun bergerak dan kembali. Ketika
beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan
merampungkan shalatnya, beliau mengatakan,
“Wahai ‘Aisyah (atau Wahai Humairo’), apakah kau
sangka bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkhianatimu?” Aku menjawab, “Tidak,
demi Allah. Wahai Rasulullah, akan tetapi aku sangka
engkau telah tiada karena sujudmu yang begitu
lama.” Beliau berkata kembali, “Apakah engkau tahu
malam apakah ini?” Aku menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Malam
ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla turun pada hamba-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, lantas Dia akan memberi
ampunan ampunan pada orang yang meminta
ampunan dan akan merahmati orang yang memohon
rahmat, Dia akan menjauh dari orang yang
pendendam.”
Dikeluarkan oleh Al Baihaqi. Ia katakan
bahwa riwayat ini mursal jayyid. Kemungkinan pula
bahwa Al ‘Alaa’ mengambilnya dari Makhul. [Hadits
mursal adalah hadits yang dho’if karena terputus
sanadnya]
Ketiga: Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ
ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻟﺎ ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh
makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan.”Al Mundziri dalam At Targhib setelah
menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan,
“Dikeluarkan oleh At Thobroni dalam Al Awsath dan
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al
Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadits
dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al
Asy’ari. Al Bazzar dan Al Baihaqi mengeluarkan yang
semisal dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.” Demikian
perkataan Al Mundziri. Penulis Tuhfatul Ahwadzi
lantas mengatakan, “Pada sanad hadits Abu Musa Al
Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat
Lahi’ah dan dia dinilai dho’if.” [Hadits ini adalah
hadits yang dho’if]
Keempat: Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ
ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺇﻟﺎ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻣﺸﺎﺣﻦ ﻭﻗﺎﺗﻞ ﻧﻔﺲ
“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, Dia mengampuni hamba-
hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang
bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.” Al
Mundziri mengatakan, “Hadits ini dikeluarkan oleh
Imam Ahmad dengan sanad yang layyin (ada perowi
yang diberi penilaian negatif/ dijarh, namun
haditsnya masih dicatat).” [Berarti hadits ini
bermasalah].
Kelima: Hadits Makhul dari Katsir bin Murroh, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda di
malam Nishfu Sya’ban,
ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻟﺄﻫﻞ ﺍﻟﺄﺭﺽ ﺇﻟﺎ ﻣﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah ‘azza wa jalla mengampuni penduduk bumi
kecuali musyrik dan orang yang bermusuhan”. Al
Mundziri berkata, “Hadits ini dikeluarkan oleh Al
Baihaqi, hadits ini mursal jayyid.” [Berarti dho’if
karena haditsnya mursal, ada sanad yang terputus].
Al Mundziri juga berkata, “Dikeluarkan pula oleh Ath
Thobroni dan juga Al Baihaqi dari Makhul, dari Abu
Tsa’labah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ
ﻭﻳﻤﻬﻞ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻭﻳﺪﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻘﺪ ﺑﺤﻘﺪﻫﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺪﻋﻮﻩ
“Allah mendatangi para hamba-Nya pada malam
Nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni orang yang
beriman dan menangguhkan orang-orang kafir, Dia
meninggalkan orang yang pendendam.” Al Baihaqi
mengatakan, “Hadits ini juga antara Makhul dan Abu
Tsa’labah adalah mursal jayyid”. [Berarti hadits ini
pun dho’if].
Keenam: Hadits ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻴﻠﻬﺎ ﻭﺻﻮﻣﻮﺍ ﻧﻬﺎﺭﻫﺎ
ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻨﺰﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻐﺮﻭﺏ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﻟﺎ
ﻣﻦ ﻣﺴﺘﻐﻔﺮ ﻓﺄﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺴﺘﺮﺯﻕ ﻓﺄﺭﺯﻗﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺒﺘﻠﻰ ﻓﺄﻋﺎﻓﻴﻪ ﺃﻟﺎ
ﻛﺬﺍ ﺃﻟﺎ ﻛﺬﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻔﺠﺮ
“Apabila malam nisfu Sya'ban, maka shalatlah di
malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.
Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat
itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia
berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?
Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan
memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat
cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah
yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit
fajar.” Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan
dalam sanadnya terdapat Abu Bakr bin ‘Abdillah bin
Muhammad bin Abi Saburoh Al Qurosyi Al ‘Aamiri Al
Madani. Ada yang menyebut namanya adalah
‘Abdullah, ada yang mengatakan pula Muhammad.
Disandarkan pada kakeknya bahwa ia dituduh
memalsukan hadits, sebagaimana disebutkan dalam
At Taqrib. Adz Dzahabi dalam Al Mizan mengatakan,
“Imam Al Bukhari dan ulama lainnya
mendho’ifkannya”. Anak Imam Ahmad, ‘Abdullah
dan Sholih, mengatakan dari ayahnya, yaitu Imam
Ahmad berkata, “Dia adalah orang yang memalsukan
hadits.” An Nasai mengatakan, “Ia adalah perowi
yang matruk (dituduh dusta)”. [Berarti hadits ini di
antara maudhu’ dan dho’if]
Penulis Tuhfatul Ahwadzi setelah meninjau riwayat-
riwayat di atas, beliau mengatakan, “Hadits-hadits
ini dilihat dari banyak jalannya bisa sebagai hujjah
bagi orang yang mengklaim bahwa tidak ada satu
pun hadits shahih yang menerangkan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban. Wallahu Ta’ala a’lam.”
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang
menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban ada
beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai
statusnya. Kebanyakan ulama mendhoifkan hadits-
hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan
sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan
dalam kitab shahihnya.” (Lathoif Al Ma’arif, 245)
Tanggapan penulis, “Ibnu Hibban adalah di antara
ulama yang dikenal mutasahil, yaitu orang yang
bergampang-gampangan dalam menshahihkan
hadits. Sehingga penshahihan dari sisi Ibnu Hibban
perlu dicek kembali.”
Mengenai menghidupkan malam Nishfu Sya’ban
dengan shalat malam, Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam
Nishfu Sya’ban, maka tidak ada satu pun dalil dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para
sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari
sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan
shalat.” (Lathoif Al Ma’arif, 248)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, ulama yang
pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah
(komisi fatwa di Saudi Arabia). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan
malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang
lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun
hadits yang menerangkan mengenai keutamaan
shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah
berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana
hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (Majmu’
Fatawa Ibnu Baz, 1/188). Begitu juga di halaman
yang sama, Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits
dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah,
jika memang terdapat penguat atau pendukung dari
hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang
menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak ada satu
dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk
hadits yang lemah tadi.”
(Abul ‘Alaa Al Mubarokfuri)
telah menyebutkan satu per
satu hadits yang
membicarakan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban.
Awalnya beliau berkata,
“Ketahuilah bahwa telah
terdapat beberapa hadits mengenai keutamaan
malam Nishfu Sya’ban, keseluruhannya
menunjukkan bahwa hadits tersebut tidak ada ashl-
nya (landasannya).” Lalu beliau merinci satu per satu
hadits yang dimaksud.
Pertama: Hadits Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻴﻄﻠﻊ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻻ
ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di
malam Nishfu Sya'ban kemudian mengampuni
semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau
orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR.
Ibnu Majah no. 1390). Penulis Tuhfatul Ahwadzi
berkata, “Hadits ini munqothi’ (terputus sanadnya)
.” [Berarti hadits tersebut dho’if].
Kedua: Hadits ‘Aisyah, ia berkata,
ﻗﺎﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺼﻠﻰ ﻓﺄﻃﺎﻝ
ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻗﺒﺾ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺫﻟﻚ ﻗﻤﺖ ﺣﺘﻰ
ﺣﺮﻛﺖ ﺇﺑﻬﺎﻣﻪ ﻓﺘﺤﺮﻙ ﻓﺮﺟﻊ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﻓﻊ ﺭﺃﺳﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻭﻓﺮﻍ
ﻣﻦ ﺻﻠﺎﺗﻪ ﻗﺎﻝ " : ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻭ ﻳﺎ ﺣﻤﻴﺮﺍﺀ ﺃﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﺧﺎﺱ ﺑﻚ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﻟﺎ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭﻟﻜﻨﻲ ﻇﻨﻨﺖ ﺃﻥ ﻗﺒﻀﺖ ﻃﻮﻝ ﺳﺠﻮﺩﻙ ، ﻗﺎﻝ " ﺃﺗﺪﺭﻱ ﺃﻱ ﻟﻴﻠﺔ
ﻫﺬﻩ ؟ " ﻗﻠﺖ : ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ ، ﻗﺎﻝ " : ﻫﺬﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻳﻄﻠﻊ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ
ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺴﺘﻐﻔﺮﻳﻦ ﻭﻳﺮﺣﻢ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺣﻤﻴﻦ ﻭﻳﺆﺧﺮ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﺤﻘﺪ ﻛﻤﺎ ﻫﻢ
“Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan shalat malam, beliau shalat dan
memperlama sujud sampai aku menyangka bahwa
beliau telah tiada. Tatkala aku memperhatikan hal
itu, aku bangkit sampai aku pun menggerakkan ibu
jarinya. Beliau pun bergerak dan kembali. Ketika
beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan
merampungkan shalatnya, beliau mengatakan,
“Wahai ‘Aisyah (atau Wahai Humairo’), apakah kau
sangka bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengkhianatimu?” Aku menjawab, “Tidak,
demi Allah. Wahai Rasulullah, akan tetapi aku sangka
engkau telah tiada karena sujudmu yang begitu
lama.” Beliau berkata kembali, “Apakah engkau tahu
malam apakah ini?” Aku menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Malam
ini adalah malam Nishfu Sya’ban. Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla turun pada hamba-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, lantas Dia akan memberi
ampunan ampunan pada orang yang meminta
ampunan dan akan merahmati orang yang memohon
rahmat, Dia akan menjauh dari orang yang
pendendam.”
Dikeluarkan oleh Al Baihaqi. Ia katakan
bahwa riwayat ini mursal jayyid. Kemungkinan pula
bahwa Al ‘Alaa’ mengambilnya dari Makhul. [Hadits
mursal adalah hadits yang dho’if karena terputus
sanadnya]
Ketiga: Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ
ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻟﺎ ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh
makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan.”Al Mundziri dalam At Targhib setelah
menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan,
“Dikeluarkan oleh At Thobroni dalam Al Awsath dan
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al
Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadits
dengan lafazh yang sama dari hadits Abu Musa Al
Asy’ari. Al Bazzar dan Al Baihaqi mengeluarkan yang
semisal dari Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu
‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.” Demikian
perkataan Al Mundziri. Penulis Tuhfatul Ahwadzi
lantas mengatakan, “Pada sanad hadits Abu Musa Al
Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat
Lahi’ah dan dia dinilai dho’if.” [Hadits ini adalah
hadits yang dho’if]
Keempat: Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺧﻠﻘﻪ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ
ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺇﻟﺎ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻣﺸﺎﺣﻦ ﻭﻗﺎﺗﻞ ﻧﻔﺲ
“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada
malam Nishfu Sya’ban, Dia mengampuni hamba-
hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang
bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.” Al
Mundziri mengatakan, “Hadits ini dikeluarkan oleh
Imam Ahmad dengan sanad yang layyin (ada perowi
yang diberi penilaian negatif/ dijarh, namun
haditsnya masih dicatat).” [Berarti hadits ini
bermasalah].
Kelima: Hadits Makhul dari Katsir bin Murroh, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda di
malam Nishfu Sya’ban,
ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻟﺄﻫﻞ ﺍﻟﺄﺭﺽ ﺇﻟﺎ ﻣﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ
“Allah ‘azza wa jalla mengampuni penduduk bumi
kecuali musyrik dan orang yang bermusuhan”. Al
Mundziri berkata, “Hadits ini dikeluarkan oleh Al
Baihaqi, hadits ini mursal jayyid.” [Berarti dho’if
karena haditsnya mursal, ada sanad yang terputus].
Al Mundziri juga berkata, “Dikeluarkan pula oleh Ath
Thobroni dan juga Al Baihaqi dari Makhul, dari Abu
Tsa’labah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ
ﻭﻳﻤﻬﻞ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻭﻳﺪﻉ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻘﺪ ﺑﺤﻘﺪﻫﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺪﻋﻮﻩ
“Allah mendatangi para hamba-Nya pada malam
Nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni orang yang
beriman dan menangguhkan orang-orang kafir, Dia
meninggalkan orang yang pendendam.” Al Baihaqi
mengatakan, “Hadits ini juga antara Makhul dan Abu
Tsa’labah adalah mursal jayyid”. [Berarti hadits ini
pun dho’if].
Keenam: Hadits ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻴﻠﻬﺎ ﻭﺻﻮﻣﻮﺍ ﻧﻬﺎﺭﻫﺎ
ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻨﺰﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻐﺮﻭﺏ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﻘﻮﻝ ﺃﻟﺎ
ﻣﻦ ﻣﺴﺘﻐﻔﺮ ﻓﺄﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺴﺘﺮﺯﻕ ﻓﺄﺭﺯﻗﻪ ﺃﻟﺎ ﻣﺒﺘﻠﻰ ﻓﺄﻋﺎﻓﻴﻪ ﺃﻟﺎ
ﻛﺬﺍ ﺃﻟﺎ ﻛﺬﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﻄﻠﻊ ﺍﻟﻔﺠﺮ
“Apabila malam nisfu Sya'ban, maka shalatlah di
malam harinya dan berpuasalah di siang harinya.
Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat
itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia
berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya?
Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan
memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat
cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah
yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit
fajar.” Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan
dalam sanadnya terdapat Abu Bakr bin ‘Abdillah bin
Muhammad bin Abi Saburoh Al Qurosyi Al ‘Aamiri Al
Madani. Ada yang menyebut namanya adalah
‘Abdullah, ada yang mengatakan pula Muhammad.
Disandarkan pada kakeknya bahwa ia dituduh
memalsukan hadits, sebagaimana disebutkan dalam
At Taqrib. Adz Dzahabi dalam Al Mizan mengatakan,
“Imam Al Bukhari dan ulama lainnya
mendho’ifkannya”. Anak Imam Ahmad, ‘Abdullah
dan Sholih, mengatakan dari ayahnya, yaitu Imam
Ahmad berkata, “Dia adalah orang yang memalsukan
hadits.” An Nasai mengatakan, “Ia adalah perowi
yang matruk (dituduh dusta)”. [Berarti hadits ini di
antara maudhu’ dan dho’if]
Penulis Tuhfatul Ahwadzi setelah meninjau riwayat-
riwayat di atas, beliau mengatakan, “Hadits-hadits
ini dilihat dari banyak jalannya bisa sebagai hujjah
bagi orang yang mengklaim bahwa tidak ada satu
pun hadits shahih yang menerangkan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban. Wallahu Ta’ala a’lam.”
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang
menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban ada
beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai
statusnya. Kebanyakan ulama mendhoifkan hadits-
hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan
sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan
dalam kitab shahihnya.” (Lathoif Al Ma’arif, 245)
Tanggapan penulis, “Ibnu Hibban adalah di antara
ulama yang dikenal mutasahil, yaitu orang yang
bergampang-gampangan dalam menshahihkan
hadits. Sehingga penshahihan dari sisi Ibnu Hibban
perlu dicek kembali.”
Mengenai menghidupkan malam Nishfu Sya’ban
dengan shalat malam, Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam
Nishfu Sya’ban, maka tidak ada satu pun dalil dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para
sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari
sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan
shalat.” (Lathoif Al Ma’arif, 248)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, ulama yang
pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah
(komisi fatwa di Saudi Arabia). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan
malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang
lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun
hadits yang menerangkan mengenai keutamaan
shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah
berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana
hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (Majmu’
Fatawa Ibnu Baz, 1/188). Begitu juga di halaman
yang sama, Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits
dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah,
jika memang terdapat penguat atau pendukung dari
hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang
menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak ada satu
dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk
hadits yang lemah tadi.”
Sabtu, 22 Juni 2013
DO'A JIBRIL MENJELANG NISFU SA'BAN
•Doa MaLaikat JibriL menjeLang Nisfu Sya'ban : “Yaa ALLAH abaikanLah puasa umat Nabi Muhammad SAW, apabiLa sebeLum Romadhan dia beLum:
1.Memohon maaf kepada kedua orang tua jika keduanya masih hidup .
2.Berma'afan antara suami-istri .
3.Berma'afan dengan keLuarga, kerabat serta orang sekitar”.
Maka saat itu doa MaLaikat JibriL diaminkan oLeh RosuLLuLoh sampai 3x, Amin..amin..amin..
NABI MUHAMMAD SAW bersabda: “barang siapa yg mengingatkan kedatangan bulan ini, HARAM API NERAKA baginya..
امين اللهم امين ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن. أمين....أمين ....أمين يارب العالمينْ. آمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ آمٌــــيٍنْ امين اللهم امين. آمٌــــيٍـــنْ
1.Memohon maaf kepada kedua orang tua jika keduanya masih hidup .
2.Berma'afan antara suami-istri .
3.Berma'afan dengan keLuarga, kerabat serta orang sekitar”.
Maka saat itu doa MaLaikat JibriL diaminkan oLeh RosuLLuLoh sampai 3x, Amin..amin..amin..
NABI MUHAMMAD SAW bersabda: “barang siapa yg mengingatkan kedatangan bulan ini, HARAM API NERAKA baginya..
امين اللهم امين ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن. أمين....أمين ....أمين يارب العالمينْ. آمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ آمٌــــيٍنْ امين اللهم امين. آمٌــــيٍـــنْ
HIKMAH SHALAT TARAWIH MALAM KE 1 - 30 RAMADHAN
Dari Ali bin Abi
Thalib berkata: “Aku
bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang keutamaan (shalat) Tarawih di bulan Ramadhan lalu beliau
Shallallahu ‘Alaihi was Sallam bersabda:
HIKMAH TARAWIH MALAM ke -1:
Dosa-dosa orang
yang beriman keluar darinya pada malam
pertama seperti hari dilahirkan ibunya.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -2:
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke 3:
Malaikat memanggil
dari bawah ‘Arsy: Mulailah beramal, semoga
Allah mengampuni dosamu yang lalu!’
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -4:
Baginya pahala
seperti pahala membaca Taurat,
Injil, Zabur dan Al Furqan (Al Qur’an).
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -5:
Allah memberinya
pahala seperti orang yangshalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah, dan Masjid Aqsha.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -6
Allah memberinya
pahala seperti orang yang melakukan
thawaf mengelilingi Baitul Makmur dan bebatuan
pun memohonkan ampunan baginya.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke 07:
Seakan-akan dia
bertemu Musa as dan kemenangannya atas firaun
dan Haman.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -8:
Allah memberikan
kepadanya seperti apa yang
telah diberikan-Nya kepada Ibrahim ‘Alaihis Salam.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke-9:
Seakan-akan dia
beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke-10:
Allah memberikan
rezeki kepadanya kebaikan dunia dan
akhirat.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -11:
Dirinya keluar
dari dunia seperti hari kelahirannya
dari rahim ibunya.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -12:
Pada hari kiamat
dirinya akan dating seperti bulan di malam
purnama.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -13:
Pada hari kiamat
dia akan datang dengan keamanan
dari segala keburukan.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -14:
Malaikat datang
untuk menyaksikannya shalat taraweh dan kelak Allah
tidak akan menghisabnya
pada hari kiamat.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -15:
Para malaikat dan
para malaikat pembawa Arsy
dan kursi bershalawat kepadanya.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -16:
Allah Subhanahu wa
Ta’ala menetapkan baginya kebebasan dari api neraka dan dimasukan ke
surga.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -17:
Diberikan pahala
seperti pahala para Nabi.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -18:
Para malaikat
memanggil, ‘Wahai Abdullah, sesungguhnya Allah telah meridhaimu dan meridhai kedua orang tuamu.’
HIKMAH TARAWIH MALAM
ke -19:
Allah mengangkat
derajatnya di surge Firdaus.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -20:
Dia diberikan
pahala para syuhada dan orang-orang
shaleh.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -21:
Allah membangunkan
baginya sebuah rumah dari cahaya di
surga.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -22
Pada hari kiamat ia akan datang dengan rasa aman dari semua kesulitan dan
kecemasan.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -23:
Allah membangun
baginya sebuah kota di surga.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -24:
Dikatakan
kepadanya, ‘Ada 24 doa yang dikabulkan.’
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -25:
Allah mengangkat
siksa kubur darinya.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -26:
Allah
mengangkatnya seperti pahala 40 ulama.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -27:
Pada hari kiamat
ia akan melintasi Shirathul Mustaqim
bagai kilat yang menyambar.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -28:
Allah
mengangkatnya 1000 derajat di surga.
HIKMAH TARAWIH
MALAM ke -29:
Allah memberikan
ganjaran baginya 1000 hujjah
(argumentasi) yang dapat diterima.
SWT berfirman : Hai Hambaku, makanlah buah-buahan di dalam surga dan mandilah engkau dengan air Salsabil dan minumlah dari telaga kautsar, Aku tuhanmu dan engkau hamba-Ku.
HIKMAH PUASA HARI KE 1 - 30 RAMADHAN
Hikmah dan Kutamaan yang Terkandung Pada Puasa Ramadhan
Sumber : Kitab “Fadhâil Al-Asyhur Ats-Tsalâtsah”, tentang keutamaan bulan Ramadhan
HIKMAH PUASA HARI
KE-1
Allah SWT mengampuni
semua dosa yang tersembunyi dan yang terang-terangan, meninggikan beribu-ribu derajat,
membangun lima puluh ribu kota di surga untuk orang yang berpuasa.
HIKMAH PUASA HARI
KE-2
Allah SWT mencatat
setiap ibadah orang yang berpuasa seperti ibadah satu tahun dan pahalanya seperti
pahala seorang nabi.
HIKMAH PUASA HARI
KE-3
Allah SWT memberi
kepada orang yang berpuasa taman permata yang indah di surga Firdaus, diatasnya
dua belas ribu rumah dari cahaya, di bawahnya dua belas ribu tempat tidur dan
di setiap tempat tidur ada bidadari, setiap hari seribu malaikat
berkunjung dan setiap malaikat membawa
hadiah untuk orang yang berpuasa.
HIKMAH PUASA HARI
KE-4
Allah memberi
kepada orang yang berpuasa surga Khuld, yang didalamnya terdapat tujuh puluh
ribu istana dan di setiap istana terdapat tujuh puluh ribu rumah, di setiap rumah
terdapat lima puluh ribu tempat tidur
dan di setiap tempat tidur terdapat bidadari dan setiap bidadari memiliki seribu perhiasan yang lebih baik
dari dunia dan segala isinya.
HIKMAH PUASA HARI
KE -5
Allah SWT memberi kalian di surga Al-Ma’wa beribu-ribu kota, setiap kota terdapat seribu rumah, di
setiap rumah terdapat seribu meja
makan, di atas setiap meja makan
tujuh puluh ribu tempat makanan, di setiap tempat makanan tujuh puluh macam makanan yang tidak sama satu dengan yang lain.
HIKMAH PUASA HARI
KE-6
Allah SWT memberi kalian di surga Darus Salam seratus
ribu kota, di setiap kota seratus perkampungan,
di setiap perkampungan seratus ribu
rumah, di setiap rumah seratus
ribu tempat tidur dari emas yang panjang, setiap tempat tidur panjangnya seribu hasta, di atas
tempat tidur
terdapat bidadari sebagai pasangan yang
berhias dengan tiga puluh ribu perhiasan dari permata putih dan permata merah, dan setiap bidadari membawa seratus pelayan.
HIKMAH PUASA HARI
KE--7
Allah SWT memberi kalian di surga Na’im pahala seperti pahala seribu syuhada’ dan empat puluh ribu orang yang benar. Sumber: Kitab “Fadhâil Al-Asyhur Ats- Tsalâtsah”, tentang keutamaan bulan Ramadhan secara detail dari hari ke hari
HIKMAH PUASA HARI
KE-8
Allah SWT memberi
kalian pahala seperti pahala amal enam puluh
ribu ahli ibadah dan orang enam puluh ribu orang yang zuhud.
HIKMAH PUASA HARI
KE-9
Allah SWT memberi
kalian apa yang diberikan kepada seribu ulama, seribu orang yang i’tikaf, dan seribu orang yang menyambung tali
persaudaraan
HIKMAH PUASA HARI
KE-10
Allah SWT memenuhi tujuh puluh ribu hajat, dan memohonkan ampunan untuk kalian matahari,
bulan,
bintang-bintang, binatang yang melata, burung,
binatang buas, setiap bebatuan dan bongkahan
tanah liat, setiap yang kering dan yang basah, setiap binatang di laut dan dedaunan di
pepohonan.
HIKMAH PUASA HARI
KE-11.
Allah SWT mencatat
untuk kalian pahala seperti pahala empat kali orang yang haji dan umrah, setiap yang haji bersama seorang Nabi, dan setiap yang umrah bersama orang yang benar dan yang syahid.
HIKMAH PUASA HARI
KE-12
Allah SWT
menjadikan bagi kalian keimanan yang dapat merubah keburukan-keburukan menjadi kebaikan- kebaikan yang berlipat-ganda, dan mencatat
bagi kalian setiap kebaikan seribu kebaikan.
HIKMAH PUASA HARI
KE-13.
Allah mencatat bagi kalian pahala seperti pahala
ibadah penduduk Mekkah dan Madinah, dan Allah member kalian syafaat sejumlah bebatuan dan
bongkahan tanah liat yang ada di
antara Mekkah dan Madinah.
HIKMAH PUASA HARI
KE-14
Kalian seperti berjumpa dengan Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Daud dan Sulaiman, dan seperti
beribadah kepada Allah bersama
setiap Nabi selama dua ratus tahun.
HIKMAH PUASA HARI
KE-15.
Allah SWT menunaikan untuk kalian hajat-hajat
dunia dan akhirat, memberi kalian
apa yang diberikan kepada Nabi
Ayyub; para malaikat pemikul Arasy memohonkan
ampunan untuk kalian, dan pada hari kiamat
Allah akan memberi kalian empat puluh cahaya,
sepuluh cahaya dari sebelah kanan kalian, sepuluh dari sebelah kiri kalian, sepuluh dari depan kalian, dan sepuluh cahaya dari belakang
kalian.
HIKMAH PUASA HARI
KE-16
Allah SWT akan memberi kalian pada hari kalian dibangkitkan dari kubur enam puluh pakaian
untuk kalian pakai, enam puluh onta untuk kalian
kendarai, dan Allah swt mengirimkan
awan untuk menaungi kalian dari sengatan
panas hari itu.
HIKMAH PUASA HARI
KE-17
Allah SWT menyatakan: “sungguh Aku telah mengampuni mereka dan bapak-bapak mereka, Aku akan lindungi mereka dari azab hari kiamat.”
HIKMAH PUASA HARI
KE-18
Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril, Mikail,
Israfil, malaikat pemikul Arasy dan Al-Karubin agar memohonkan ampunan untuk ummat Muhammad saw sampai tahun berikutnya, dan Allah SWT memberikan pada kalian pahala para syuhada’ Badar.
HIKMAH PUASA HARI
KE-19
Semua malaikat langit dan bumi minta izin kepada Tuhannya untuk berziarah ke kuburan kalian
setiap hari, dan setiap malaikat membawa hadiah
dan minuman untuk kalian.
HIKMAH PUASA HARI
KE-20
Pada suatu hari Allah SWT mengutus kepada kalian
tujuh puluh Malaikat untuk menjaga kalian dari
setiap setan yang terkutuk; Allah mencatat untuk
kalian setiap hari kalian puasa seperti berpuasa
seratus tahun; menjadikan parit antara kalian dan
neraka; memberi kalian pahala orang yang termaktub dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qu’an; Allah mencatat untuk kalian setiap pena Jibril (as) sebagai ibadah satu tahun; memberikan pada kalian pahala
tasbih Arasy dan Kursi; dan memberi pasangan untuk kalian setiap ayat Al-Qur’an seribu bidadari.
HIKMAH PUASA HARI
KE-21
Allah swt meluaskan kuburan kalian seribu farsakh, menghilangkan dari kalian kegelapan dan
kesepian, menjadikan kuburan kalian
seperti kuburan para syuhada’, dan menjadikan wajah kalian seperti wajah Yusuf bin Ya’qub (as).
HIKMAH PUASA HARI
KE-22
Allah SWT akan mengutus kepada kalian malaikat
maut seperti pada para Nabi saw, menyelamatkan
kalian dari keganasan malaikat Munkar dan Nakir,
dan menghilangkan dari kalian penderitaan dunia dan akhirat.
HIKMAH PUASA HARI
KE-23
Kalian akan melintasi shirathal mustaqim bersama
para Nabi, shiddiqin dan syuhada’, dan pahala kalian seperti memberi makanan kepada setiap anak yatim dari ummatku dan seperti memberi pakaian
kepada setiap yang telanjang dari ummatku.
HIKMAH PUASA HARI
KE-24
Kalian tidak akan keluar dari dunia kecuali kalian
melihat kedudukannya di surga;, setiap kalian
diberi pahala seribu orang yang sakit,
seribu pahala orang yang merantau
untuk mentaati Allah, kalian diberi pahala seribu pembebasan dari keturunan nabi Ismail (as).
HIKMAH PUASA HARI
KE-25
Allah SWT membangunkan untuk kalian di bawah
Arasy seribu menara hijau, di atas setiap menara
terdapat kemah dari cahaya, dan Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai ummat Muhammad, Aku adalah Tuhan dan kalian adalah hamba-Ku,
bernaunglah kalian di bawah Arasy-Ku
di menaramenara ini, makan dan minumlah sepuas
kalian, jangan takut dan jangan sedih; wahai ummat Muhammad, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan
mengirim
kalian ke surga,
kalian akan dibanggakan oleh orang- orang
yang terdahulu dan yang terakhir, Aku akan memberikan pada setiap kalian seribu mahkota dari cahaya, kendaraan onta yang Kuciptakan dari cahaya, tali kendalinya dari cahaya dan
pada tali kendali itu terdapat
seribu lingkaran yang terbuat dari emas, dan pada setiap lingkaran
berdiri malaikat, dan setiap malaikat memegang
tongkat dari cahaya sehingga kalian memasuki surga
tanpa dihisab.
HIKMAH PUASA HARI
KE-26
Allah swt memandang kalian dengan kasih sayang-Nya, kemudian mengampuni semua dosa kalian
kecuali sogokan dan hartanya; Allah swt mensucikan
rumah kalian setiap hari tujuh puluh ribu kali
dari ghibah dan dusta.
HIKMAH PUASA HARI
KE-27
Kalian seperti menolong setiap mukmin dan
mukminah, memberi pakaian pada
tujuh puluh ribu orang yang telanjang,
membantu seribu orang yang menjalin tali persaudaraan; kalian seperti membaca semua kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para
Nabi-Nya.
HIKMAH PUASA HARI
KE-28
Allah SWT menjadikan bagi kalian di surga
Al-Khuld seratus ribu kota dari cahaya, memberi
kalian di surga Al-Ma’wa seratus ribu istana dari perak; memberi kalian di surga Al-Jalal tiga ratus
ribu mimbar (tempat yang tinggi) yang terbuat
dari misik, di setiap mimbar seribu rumah dari
za’faran
HIKMAH PUASA HARI
KE-29
Allah SWT memberi kalian beribu-ribu kediaman dan
di setiap kediaman terdapat menara putih, di
setiap menara terdapat tempat tidur dari kafur
putih dilengkapi dengan seribu permadani dari
sutera hijau, di setiap permadani disiapkan
bidadari yang dihiasi dengan tujuh
puluh ribu hiasan, di kepalanya seribu
hiasan dari permata
HIKMAH PUASA HARI
KE-30.
Allah SWT mencatat bagi kalian setiap hari
sebelumnya pahala seribu suhada’ dan seribu orang yang benar; Allah mencatat bagi kalian seperti beribadah lima puluh tahun; Allah mencatat bagi kalian untuk setiap hari seperti puasa dua ribu hari, dan mengangkat derajat kalian
Sumber : Kitab “Fadhâil Al-Asyhur Ats-Tsalâtsah”,tentang keutamaan bulan Ramadhan
Langganan:
Postingan (Atom)